ROSYKREN

Just another WordPress.com weblog

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.2

leave a comment »

PEMIMPIN PEMBELAJARAN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA

Penulis :

Elly Rosyidah CGP ANGKATAN 3

SMAN 1 NAGRAK KABUPATEN SUKABUM

A. SINTESIS BERBAGAI MATERI

            Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah sebagai pemimpin pembelajaran.  Sebagai seorang pemimpin pembelajaran hendaklah mampu memandang kelas maupun sekolah sebagai sebuah ekosistem.  Dalam ekosistem sekolah tentunya ada interaksi faktor biotik dan abiotik.  Interaksi tersebut hendaknya dapat menciptakan suatu kondisi yang selaras dan harmonis.  Oleh karena itu dalam melihat dan mengelola sebuah ekosistem sekolah, seorang pemimpin hendaklah mampu menggunakan potensi yang ada di sekitar sekolah dan masyarakat sehingga potensi tersebut memiliki daya guna yang maksimal.  Pola pemikiran tersebut dinamakan sebagai pendekatan berpikir aset atau berbasis kekuatan. 

            Terdapat dua pemikiran dalam usaha untuk mengembangkan suatu ekosistem sekolah yaitu menggunakan pendekatan berbasis masalah dan kekuatan atau aset.  Pendekatan berbasis masalah atau kekurangan adalah suatu pendekatan yang memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu dan mengatasi sebuah kekurangan yang kita miliki atau dengan kata lain cara pandang yang negatif.  Pendekatan berbasis aset atau kekuatan adalah suatu pendekatan yang memusatkan perhatian kita pada hal-hal positif dan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berfikir atau dengan kata lain cara pandang yang positif terhadap kekuatan yang dimiliki selama ini.  Selama ini, kita lebih cenderung menggunakan pendekatan berbasis masalah atau kekurangan yang kita miliki dalam pengembangan sebuah ekosistem sekolah. Melalui pendekatan ini biasanya kita akan menggunakan seluruh pemikiran kita untuk mencari sebuah kelemahan atau permasalahan dan ingin memecahkan masalah yang ada.  Oleh karena itu apabila disaat kita tidak dapat menemukan solusi dari permasalahan yang ada, oleh karena itu cenderung pesimis dalam mengembangkan sebuah sekolah dengan segudang permasalahan yang ada.

            Dalam modul 3.2 yaitu pemimpin dalam mengelola sumber daya mengajarkan bahwa seorang pemimpin dalam mengembangkan ekosistem sekolah hendaklah menggunakan pendekatan berbasis aset.  Banyak manfaat yang akan didapatkan jika seorang pemimpin dapat menggunakan pendekatan aset dalam mengembangkan suatu komunitas yang ada di sekolah.  Manfaat yang dapat diambil dari pendekatan berbasis aset adalah pertama dapat memberikan nilai lebih pada kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh komunitas.    Kedua bahwa komunitas dapat memberdayakan aset yang ada dan membangunnya agar menjadi lebih berdaya guna.  Ketiga pendekatan aset dapat menciptakan warga komunitas yang produktif.

Dalam ekosistem sekolah tentunya ada beberapa aset yang dapat kita gunakan sebagai modal utama yang dapat digunakan sebagai sumber kekuatan dalam pengembangan sebuah sekolah.  Aset tersebut diantaranya adalah pertama modal manusia yang terdiri atas pendidikan, pengetahuan, kecerdasan, keterampilan, dan kecakapan yang dimiliki oleh seseorang dalam komunitas tersebut.  Kedua modal sosial terdiri atas norma dan aturan yang mengikat semua warga dalam komunitas sekolah atau bisa berupa suatu asosiasi yang memiliki kesamaan dalam profesi dan hobi untuk mencapai tujuan yang sama.  Ketiga modal fisik yang terdiri atas sarana dan prasarana.  Modal fisik sebagai sarana di sekolah diantaranya adalah mebeler yang memadai di setiap ruangan, komputer, wifi, cctv, alat dan bahan praktek, mobil sekolah.  Prasarana adalah bangunan yang dimiliki oleh sekolah misalnya ruang kelas, laboratorium, sarana olah raga, ibadah, dan pengembangan ekstrakurikuler.  Keempat modal lingkungan atau alam yang terdiri atas bumi, udara yang bersih, laut, taman, danau, sungai, tumbuhan, hewan, Tanah untuk berkebun, danau atau empang untuk berternak, semua hasil dari pohon seperti kayu, buah, bambu, atau material bangunan yang bisa digunakan kembali untuk menenun, dan sebagainya.  Kelima modal finansial yang terdiri atas dukungan keuangan yang dimiliki oleh sebuah komunitas bisa berupa gaji, tabungan, sumber pendapatan internal eksternal, dan  pengetahuan tentang bagaimana menanam dan menjual sayur di pasar, bagaimana menghasilkan uang dan membuat produk-produk yang bisa dijual, bagaimana menjalankan usaha kecil, bagaimana memperbaiki cara penjualan menjadi lebih baik, dan juga bagaimana melakukan pembukuan.  Keenam modal politik terdiri atas Semua lapisan atau kelompok memiliki peluang atau kesempatan yang sama dalam kepemimpinan, serta memiliki suara dalam masalah umum yang terjadi dalam komunitas, dan lembaga pemerintah atau perwakilannya yang memiliki hubungan dengan komunitas.  Ketujuh modal agama dan budaya yang terdiri atas keberadaan ritual keagamaan dan kebudayaan yang ada di masyarakat serta pola relasi yang tercipta di antaranya dan selanjutnya bisa dimanfaatkan sebagai peluang untuk menunjang pengembangan perencanaan dan kegiatan bersama. 

Modul 3.2 yaitu pemimpin dalam pengelolaan sumber daya memiliki keterikatan pada modul-modul sebelumnya yang telah diajarkan dalam pendidikan guru penggerak.  Keterkaitan yang pertama adalah pada modul 1.1 yaitu filosofi Ki Hajar Dewantara, dimana 7 aset modal utama yang digunakan untuk pengembangan sekolah semata-mata tujuan akhirnya adalah mampu menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada diri anak untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.  Pada modul 1.2 nilai dan peran guru penggerak, tujuh aset modal utama dapat digunakan oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam menciptakan lingkungan yang menyenangkan bagi siswa, dan mewujudkan kepemimpinan murid.  Pada modul 1.3 visi guru penggerak, pengelolaan tujuh aset modal utama memiliki keterkaiatan penting dalam mencapai visi misi sekolah dan dalam pengelolannya melibatkan prinsip bagja.  Pada modul 1.4 budaya positif, tujuh aset modal utama digunakan untuk mewujudkan budaya positif di lingkungan sekolah.  Pada modul 2.1 pembelajaran diferensiasi, pengelolaan sumber daya dapat memperkuat pembelajaran diferensiasi melalui keterampilan yang dimiliki oleh guru, modal fisik, dan modal sosial yang dimiliki oleh sekolah.  Modul 2.2 pembelajaran sosial emosional, pengelolaan sumber daya yang baik dapat memperkuat pembelajaran sosial emosional khususnya modal agama dan budaya yang dapat digunakan dalam pengelolaan emosi, pengendalian diri, meningkatkan keterampilan gotong royong, dan rasa empati. Modul 2.3 tentang coaching, pengelolaan sumber daya melibatkan coaching dalam mengidentifikasi kekuatan baik yang ada di sekolah maupun di lingkungan sekitar.  Seorang coach akan mengarahkan pertanyaan pada coachee untuk dapat mengidentifikasi kekuatan yang ada pada diri coachee dalam menyelesaikan masalahnya.  Modul 3.2 pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, dalam menentukan kekuatan yang dimiliki oleh sekolah dilakukan melalui langkah-langkah pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.  Pemimpin pembelajaran pada saat menentukan kekuatan atau aset sebagai modal utama yang dibutuhkan oleh sekolah dalam pengembangan sekolah akan mengalami dilema etika sehingga perlunya pemimpin pembelajaran menggunakan 4 paradigma dilema etika, 3 prinsip pengambilan keputusan , dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya adalah seseorang yang mampu melihat kekuatan yang ada di sekitar sekolah ataupun di lingkungan masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan sekolah.  Di lingkungan sekolah, seorang pemimpin harus peka terhadap keunggulan sumber daya biotik yang dimiliki oleh sekolah untuk bisa berbagi praktek pembelajaran di kelas dan memandang keunggulan sumber daya abiotik yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang proses pembelajaran yang berpusat pada siswa.  Selain itu seorang pemimpin pembelajaran mampu berkolaborasi pada semua pihak untuk menentukan kekuatan yang dimiliki oleh sekolah selama ini dan selanjutkan merumuskan rencana aksi dalam pengembangan sebuah sekolah mencapai visi misi melalui inkuiri apresiatif dengan metode BAGJA.  Pemimpin pembelajaran dalam lingkup yang lebih luas mampu memanfaatkan sumber daya masyarakat sekitar sebagai sumber kekuatan pengembangan sekolah.  Masyarakat sekaligus sebagai orang tua siswa, agama, budaya, lingkungan alam di sekitar sekolah dapat dimanfaatkan sebagai sumber kekuatan baik untuk proses pembelajaran di kelas maupun menanamkan karakter positif pada diri siswa melalui agama dan budaya yang masih dipertahankan oleh masyarakat sekitar.

Untuk mewujudkan itu semua, sebagai seorang pemimpin pembelajaran pertama kali yang dilakukan adalah menggunakan pendekatan berbasis kekuatan dalam pengembangan sekolah maupun pembelajaran di kelas, dan memberi kebermanfaatan di lingkungan masyarakat.  Pendekatan berbasis kekuatan dilakukan dengan mengidentifikasi seluruh kekuatan baik yang ada di lingkungan sekolah maupun masyarakat sekitar.  Setelah seluruh aset telah teridentifikasi, maka langkah berikutnya adalah merumuskan rencana aksi sesuai dengan visi misi sekolah melalui metode BAGJA.  Metode BAGJA dapat memberikan keuntungan diantaranya dapat melakukan kegiatan aksi berdasarkan kekuatan yang ada di lingkungan sekolah secara terencana, terukur, dan mampu melakukan evaluasi serta tindakan perbaikan dari kegiatan aksi yang telah dilaksanakan di kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar.  Oleh karena itu pengelolaan sumber daya yang tepat melalui metode BAGJA dapat membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas, pengembangan sekolah yang lebih baik, dan memberikan kebermanfaatan bagi lingkungan sekitar. Hal ini terjadi karena pendekatan berbasis kekuatan mengorganisasi kompetensi dan sumber daya, merancang sebuah rencana berdasarkan visi dan kekuatan, melaksanakan rencana aksi yang sudah diprogramkan.  Melalui hal tersebut maka pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas.

Pada waktu sebelum mempelajari modul 3.2 tentang pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya, saya cenderung menggunakan pendekatan berbasis masalah dalam mengembangkan proses pembelajaran di kelas.  Pengalaman dalam menggunakan pendekatan berbasis masalah biasanya akan selalu merasa pesimis bahwa rencana aksi yang akan dilakukan akan berhasil.  Hal ini terjadi karena pola pikir yang kita tanamkan adalah pola pikir negatif.  Apalagi kalau masalah yang kita hadapi memiliki kerumitan yang cukup tinggi untuk dapat diselesaikan.  Sejak mempelajari modul ini maka saya dan warga sekolah harus merubah mindset dari berbasis masalah menjadi berbasis aset atau kekuatan.  Pendekatan berbasis kekuatan memiliki keunggulan diantaranya adalah dapat membangun keoptimisan pada diri sendiri bahwa sesuatu yang direncanakan akan berhasil, rencana aksi yang disusun lebih terencana dan terukur, mampu memanfaatkan potensi yang ada di lingkungan sekitar sehingga menjadi lebih berdaya guna, serta berdampak kuat dalam memberikan semangat bahwa rencana aksi yang telah disusun akan terlaksana dengan baik

B. RANCANGAN TINDAKAN

TAHAPANPertanyaanDaftar tindakan/ riset/ penyelidikan yang perlu dilakukan untuk mendapatkan jawaban
B-uat pertanyaan (Define) Membuat pertanyaan utama yang akan menentukan arah investigasi kekuatan/potensi/ peluang;Menggalang atau membangun koalisi tim perubahanBagaimana memanfaatkan modal lingkungan/alam sekitar dalam membangun jiwa kewirausahaan pada siswa  Mengidentifikasi kekuatan lingkungan/alam di sekitar sekolah yang dapat digunakan sebagai peluang untuk mengembangkan kewirausahaan
A-mbil pelajaran (Discover) Menyusun pertanyaan lanjutan untuk menemu kenali kekuatan/potensi/ peluang lewat investigasi;Menentukan bagaimana cara kita menggali fakta, memperoleh data, diskusi kelompok kecil/besar, survei individu, multi unsurApa pengalaman yang telah dilakukan oleh siswa dalam pengolahan pangan lokalMembagikan kuesioner kepada siswa tentang pengalaman yang telah dilakukan siswa dalam pengolahan pangan
 Apa pengalaman yang telah dilakukan oleh siswa dalam berwirausahaMembagikan kuesioner kepada siswa tentang pengalaman yang telah dilakukan siswa dalam berwirausaha  
G-ali mimpi (Dream)   Menyusun deskripsi kolektif bilamana inisiatif terwujud;Mengalokasikan kesempatan untuk berproses bersama, multiunsur (kapan, di mana, siapa saja).Bagaimana perasaan kita jika berhasil melakukan wirausaha melalui teknologi pengolahan pangan lokal  Menanyakan pendapat pada setiap siswa tentang perasaan mereka saat adanya keberhasilan
J-abarkan rencana (Design)   Mengidentifikasi tindakan konkret yang diperlukan untuk menjalankan langkah-langkah kecil sederhana yang dapat dilakukan segera,dan langkah berani/terobosan yang akan memudahkan keseluruhan pencapaian;Menyusun definisi kesuksesan pencapaianBagaimana langkah-langkah yang dilakukan dalam berwirausaha  Membuat daftar capaian kepada setiap kelompok atas langkah-langkah yang telah diselesaikan oleh masing-masing kelompok
 Butuh berapa lama penyiapan langkah-langkah tersebut  Menyusun jadwal rencana
 Wirausaha apa yang akan dilakukan, apakah secara online atau offline?Siswa melakukan identifikasi cara wirausaha yang akan dilakukan (online atau offline)
 Bagaimana proses promosi dalam pemasaran produknyaMeminta siswa untuk merancang proses promosi dalam pemasaran baik yang dilakukan secara online atau offline
A-tur eksekusi (Deliver)   Menentukan siapa yang berperan/ dilibatkan dalam pengambilan keputusan;Mendesain jalur komunikasi dan pengelolaan rutinitas (misal: SOP, knowledge management, monev/refleksiSiapa yang akan melakukan ?Bagaimana pembagian perannya?      Menyusun tim kerja dan tufoksi masing-masing anggota dalam kelompok
 Bagaimana mengukur keberhasilan atas usaha yang telah dilakukan ?Menyusun rubrik keberhasilan atas usaha yang telah dilakukan oleh siswa  
 Bagaimana caranya menjaga komitmen dan konsistensi dalam mengeksekusi rencana?Melakukan kolaborasi dengan rekan sejawat dan kepala sekolah dalam mengekskusi rencana

Written by rosykren

13/03/2022 pada 07:05

Ditulis dalam Uncategorized

Tinggalkan komentar