ROSYKREN

Just another WordPress.com weblog

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1

leave a comment »

Penulis : Elly Rosyidah, SMAN 1 NAGRAK, Kab Sukabumi Jawa Barat

KONEKSI ANTAR MATERI

MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

Guru adalah pemimpin pembelajaran. Salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin pembelajaran adalah mampu mengambil suatu keputusan yang bertanggung jawab dan beretika. Keterampilan tersebut dalam program guru penggerak diajarkan melalui tiga tahapan yaitu melalui 4 paradigma dilema etika, 3 prinsip pengambilan keputusan, 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.  Empat paradigma dilema etika terdiri atas kepentingan individu lawan kepentingan masyarakat, kebenaran lawan kesetiaan, rasa keadilan lawan kasihan, dan kebutuhan jangka pendek lawan jangka panjang.  Tiga prinsip pengambilan keputusan terdiri atas berpikir berbasis hasil akhir, peraturan, dan rasa peduli.  Sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan terdiri atas tahap pertama mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan, tahap kedua menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini, tahap ketiga mengumpulkan fakta-fakta yang relevan, dan tahap keempat pengujian benar atau salah melalui uji legal, regulasi intuisi, halaman depan koran, dan panutan. Tahap kelima adalah pengujian paradigma benar lawan benar, tahap keenam melakukan prinsip pengambilan keputusan, tahap ketujuh melakukan investigasi opsi trilemma, tahap kedelapan membuat keputusan, dan tahap kesembilan meninjau kembali keputusan yang dibuat, selanjutnya merefleksikan hasil keputusan tersebut.

Keterampilan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab dan beretika yang akan dilakukan oleh seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran harus dapat menjadikan contoh bagi seluruh warga di lingkungan sekolah, dapat memberikan motivasi kepada seluruh warga sekolah untuk dapat mengambil sebuah keputusan melalui proses tiga tahapan pengambilan keputusan, dan mampu memberikan ide, gagasan, masukan kepada seluruh warga sekolah dalam mengambil keputusan yang bertanggung jawab dan beretika.  Hal ini sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara yang terkenal dengan filosofi Pratap triloka yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani.  Seorang pemimpin pembelajaran harus mampu menjadi teladan bagi warga sekolah dalam proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab dan beretika.  Selain itu seorang pemimpin pembelajaran harus mampu memberikan motivasi kepada rekan sejawat, siswa, dan warga sekolah lain untuk bisa belajar mengambil keputusan berdasarkan 3 langkah pengambilan keputusan yaitu menggunakan 4 paradigma dilema etika, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan serta pengujian keputusan.  Menurut filosofi ketiga dari Ki Hajar Dewantara bahwa seorang pemimpin pembelajaran mampu memberikan ide. masukan, gagasan yang inovatif kepada warga sekolah saat mereka meminta kita untuk memberikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.  Melalui hal tersebut maka kita dapat menanamkan nilai-nilai kebajikan pada ekosistem di lingkungan sekolah kita yaitu dengan membiasakan budaya positif dalam pengambilan keputusan.

Proses pengambilan keputusan merupakan hal yang sulit untuk dilakukan oleh seorang guru atau kepala sekolah sebagai pemegang kebijakan.  Tentunya kita pernah mengalami kesulitan dalam mengambil sebuah keputusan.  Terkadang kita tidak yakin terhadap keputusan yang telah kita buat.  Apalagi masalah yang kita hadapi tersebut terdapat pertentangan antara aturan atau kode etik yang berlaku dengan rasa peduli terhadap sesama.  Untuk menghadapi hal tersebut, maka seorang pemimpin pembelajaran harus memiliki nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam diri seorang pendidik.  Nilai tersebut adalah kemandirian dalam mengambil sebuah keputusan, reflektif yaitu selalu melakukan evaluasi pada keputusan yang telah kita buat atau selalu mengevaluasi suatu proses pembelajaran sehingga dapat membuat keputusan proses pembelajaran  yang akan dilakukan berdasarkan evaluasi sebelumnya, kolaboratif yaitu seorang guru harus mampu bekerja sama dan dapat memberikan masukan atau ide kepada orang lain, inovatif yaitu seorang guru harus mampu menerima masukan dari luar dirinya, mencari informasi lain yang bisa mendukung prosesnya, sudut pandang orang lain yang bisa membantu dirinya dalam menemukan inspirasi pemecahan masalah ataupun mengambil keputusan, hingga pada akhirnya melakukan solusi/aksi nyata untuk mengatasi permasalahan.  Nilai yang kelima yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah berpihak pada murid artinya bahwa seluruh keputusan yang kita buat mengutamakan kepentingan perkembangan murid, karena murid adalah subjek dari pengambilan keputusan yang kita buat.  Nilai-nilai kebajikan yang telah diuraikan di atas tidak hanya ada pada guru penggerak, karena sejatinya seorang guru adalah pemimpin pembelajaran dan menjadi penggerak ekosistem yang ada di sekolah.

Nilai-nilai kebajikan yang ada dalam diri seorang pemimpin pembelajaran dapat dimunculkan pada saat menghadapi masalah dilema etika.  Nilai-nilai tersebut dapat dimunculkan melalui kegiatan coaching yang telah dipelajari dalam modul 2.4.  Melalui proses coaching baik yang dilakukan oleh pendamping dan fasilitator kepada calon guru penggerak maupun pada sesama rekan kerja dan antara guru dengan siswa maka calon guru penggerak, rekan sejawat, dan siswa sebagai coachee dapat memunculkan nilai-nilai baik dalam mengambil sebuah keputusan.  Proses coaching sangat membantu seorang coachee dalam mengambil keputusan yang bertanggung jawab dan beretika.  Selain itu melalui proses coaching juga dapat memunculkan opsi trilema dalam mengambil keputusan yang dibuat dan menjadi bahan pertimbangan seorang coachee untuk mengambil keputusan yang tepat

Proses pengambilan keputusan yang akan dibuat oleh seorang pemimpin pembelajaran  haruslah dilakukan dalam suasana emosi yang stabil, sehingga keputusan yang kita buat tepat, dapat dipertanggungjawabkan dan beretika.  Pada modul 2.2 telah diajarkan kepada calon guru penggerak bahwa untuk memunculkan kompetensi sosial emosional secara mindfulness.  Kompetensi sosial emosional ini dapat kita gunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan.  Hal ini sesuai dengan 4 paradigma dan 3 prinsip pengambilan keputusan.  Kompetensi sosial emosional yang dapat kita gunakan sebagai bahan pertimbangan mengambil keputusan adalah kesadaran sosial yaitu memiliki rasa empati, kesadaran diri, pengelolaan diri terhadap emosi, kemampuan berinteraksi sosial yaitu mampu berkolaborasi dalam mengambil sebuah keputusan, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab yaitu apabila keputusan sudah kita tetapkan maka kita harus juga berani mengambil resikonya.  Apabila kompetensi sosial emosional ini kita terapkan dalam pengambilan keputusan, maka dapat membantu kita sebagai bahan pertimbangan, mengambil keputusan dalam keadaan emosi yang stabil, dan berani bertanggung jawab atas keputusan yang telah kita buat.

Dalam perjalanan kita sebagai guru tentunya kita pernah menghadapi suatu masalah.  Masalah itu bisa berkenaan dengan bujukan moral atau dilema etika.  Bujukan moral adalah masalah yang berkaitan dengan benar lawan salah.  Benar lawan salah ini berkaitan dengan masalah hukum dan kode etik kita sebagai guru dan warga negara.  Jika kita menghadapi masalah tersebut maka kita harus tegas mengambil keputusan sesuai dengan peraturan hukum sebagai warga negara dan kode etik kita sebagai guru.  Lain halnya jika kita menghadapi masalah yang berkaitan dengan dilema etika.  Pada saat kita dihadapkan pada dilema etika, maka akan lebih sulit untuk mengambil sebuah keputusan.  Dilema etika adalah masalah yang berkaitan dengan benar lawan benar.  Pada masalah ini kita dihadapkan pada banyak pertimbangan dan nilai kebajikan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran dan keadilan, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup.  Oleh karena itu pemecahan masalah yang berkenaan dengan dilema etika  harus diputuskan melalui 3 tahapan langkah pengambilan keputusan yaitu menggunakan 4 paradigma dilema etika, 3 prinsip pengambilan keputusan, 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

Apablia kita dalam mengambil keputusan sudah melalui tahapan pengambilan keputusan yang sudah diuraikan sebelumnya, maka akan menghasilkan keputusan yang tepat, beretika, dan dapat dipertanggungjawabkan.  Keputusan yang tepat akan menghasilkan solusi permasalahan yang akan berdampak pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.  Suasana tersebut akan memberikan lingkungan yang menyenangkan bagi peserta didik, guru, dan warga sekolah yang lain.  Peserta didik akan fokus dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas dan mampu meraih prestasinya, guru akan berkonsentrasi penuh dalam mengembangkan proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, serta mampu memunculkan kodrat positif pada diri peserta didik.

Proses pengambilan keputusan yang dapat menciptakan lingkungan yang kondusif tentunya tidak mudah, karena adanya perbedaan paradigma dalam pengambilan keputusan oleh warga sekolah.  Oleh karena itu dibutuhkan adanya penyamaan persepsi dan proses pengambilan keputusan yang tepat.  Seorang calon guru penggerak harus mampu mensosialisasikan tahapan pengambilan keputusan di lingkungan sekolah, sehingga seluruh warga sekolah dapat saling belajar dan dapat mempraktekkan tahapan pengambilan keputusan yang tepat serta dapat menggunakan tahapan pengambilan keputusan tersebut sebagai budaya sekolah.

Selain tahapannya yang dijadikan sebagai budaya sekolah, tujuan dari pengambilan keputusan juga harus menjadi budaya sekolah.  Tujuan utama setiap keputusan yang diambil oleh warga sekolah adalah mampu memberikan kemerdekaan belajar dan dapat menunjang kehidupan kelak peserta didik setelah lepas dari sekolah saat ini.  Merdeka belajar berarti memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk dapat mengembangkan atau memunculkan kodrat positif yang ada pada diri setiap anak.  Melalui merdeka belajar akan terwujud profil pelajar Pancasila di lingkungan sekolah.  Berdasarkan hal yang telah diuraikan pada paragraf sebelumnya menunjukkan bahwa  pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran sangat erat kaitan dengan modul sebelumnya yaitu filosofi Ki Hajar Dewantara, nilai dan dan peran guru penggerak, visi misi guru penggerak, budaya positif, pembelajaran diferensiasi, pembelajaran sosial emosional, dan coaching.  Modul sebelumnya dapat dijadikan sebagai landasan kita dalam pengambilan keputusan yang bertanggung jawab dan beretika.

Written by rosykren

19/02/2022 pada 20:06

Ditulis dalam Uncategorized

Tinggalkan komentar